Cari Blog Ini

Sabtu, 21 November 2009

Penerapan Arsitektur Tropis pada Bangunan di Iklim Indonesia

penerapan arsitektur tropis pada bangunan- bangunan arsitektur tropis memerlukan banyak pertimbangan. Iklim ini dapat ditemukan pada wilayah Afrika Tengah, Asia Tenggara dan Amerika Tengah. Iklim tropis itu sendiri dapat memberikan pengaruh terhadap bentuk, perletakkan dan orientasi bangunan. Kenyamanan beraktifitas pengguna. Respon rancangan dari masing-masing iklim membentuk tipologi bentuk yang secara umum dikenal dengan arsitektur lokal.

a. Pemilihan Tapak Secara umum, panas kelembaban tinggi disebabkan adanya angin dari arah utara dan selatan hemisphere mengumpul dan naik pada pertemuan permukaan tropis, menyebar kemudian dingin pada saat bersamaan. Karakteristik antara lain
  1. Kelembapan dan curah hujan tinggi sepanjang tahun 
  2. Temperatur tinggi sepanjang tahun 
  3. Temperatur diurnal barvariasi sekitar 8 der Cel 
  4. Sedikit variasi dalam temperatur
  5. Lahan datar dan angin laut mempunyai peranan utama wilayah pantai
  6. Intensitas radiasi matahari bervariatif dengan kondisi berawan. Dalam

Ada beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan dalam memilih lahan yang efektif:
  • Menempatkan bangunan untuk mendapatkan manfaat dari kondisi iklim mikro
  • Pertimbangkan terhadap insolasi dan shelter ketika pemanasan ruang dibutuhkan
  • Pertimbangkan terhadap aliran udara segar, untuk pendinginan


b. Insulasi Pembayangan diakibatkan adanya topografi lahan, kondisi eksisting serta vegetasi. Penataan bangunan dan vegetasi menjadi faktor yang menentukan dalam mengatur akses sinar matahari untuk mendapatkan panas. Dengan menempatkan bangunan yang lebih tinggi berada pada deretan belakang bangunan lebih rendah maka akan memperbesar peluang untuk mendapatkan pemanasan terhadap bangunan.

c. Angin/Wind Perimbangan terhadap aspek ini adalah untuk mendapatkan pembayangan pada situasi panas dan untuk mendapatkan ventilasi udara segar pada saat pendinginan. Pada kondisi panas, aliran angin dingin akan meningkatkan proses heat loss sehingga lingkungan jadi lebih terasa dingin. Aliran angin tersebut akan bekerja untuk mendinginkan beberapa permukaan elemen bangunan dan juga meningkatkan infiltrasi melalui bukaan bangunan. Tanaman sebagai pelindung (shelter) mempunyai fungsi untuk pembayangan terhadap bangunan. Namun hal tersebut dapat menjadi masalah untuk proses aliran angin menuju bangunan. Terlalu banyak dan padat tanaman yang melindungi bangunan juga akan mengurangi infiltrasi menuju bangunan. Desain arah utara dan Selatan berbeda. Pada daerah tropis menuntut penggunaan bahan yang ringan, termal inersia bangunan rendah, penggunaan vegetasi, topografi, natural ventilasi, reduksi terhadap insolasi pada saat kondisi dingin. Di bagian selatan orientasi Barat dihindari. Sangat sulit untuk membuat pembayangan sebab altitude rendah saat sore hari dan temperatur yang sangat tinggi pada siang hari.

e. Bukaan dan Fasade Bangunan
1) Pengudaraan Alami Ada 3 (tiga) prinsip desain yang saling mendukung terciptanya sistem pengudaraan alami pada bangunan, yakni penerapan model atap bertingkat, bukaan yang tepat (seperti letak jendela, lubang ventilasi, klerestori), dan ruang-ruang ber-void. Simak bagaimana prinsip-prinsip ini saling bekerja sama.
  1. Memakai Sopi-sopi Dinding sopi-sopi beton dapat digunakan pada struktur utama atap bertingkat. Sebenarnya kuda-kuda atap kayu atau baja juga bias digunakan, namun sopi-sopi diharapkan dapat memeberikan kesan bersih dan luas.
  2. Meletakkan Lubang Ventilasi Prinsip mengalirkan udara di rumah adalah adanya ventilasi silang yang dapat dicapai dengan meletakkan buka- bukaan yang saling berseberangan dan berbeda ukuran. Cara tersebuit dapat menciptakan perbedaan tekanan sehingga udara bias mengalir
  3. Membuka Sebagian Lantai masuk ke dalam ruang dapat terangkat ke atas (melalui void) dan keluar melali klerestori (seperti proses aliran udara pada cerobong) sehingga udara di dalam jadi lebih dingin.Selain untuk mengalirkan udara, void juga berguna untuk memasukkan cahaya alami yang diteruskan sampai ke lantai bawah. Efek dari hilangnya sebagian lantai ini juga menciptakan suasana yang luas dan terbuka.

2) Mengatasi Kelembaban Tujuan dari perancangan di daerah tropis lembab adalah
mereduksi temperatur internal, memaksimalkan ventilasi untuk efektifitas evaporasi proteksi terhadap sinar matahari, hujan dan serangga. Beberapa strategi yang dapat dikembangkan dalam iklim tropis lembab antara lain:
  • Temperatur dalam ruangan diusahakan tidak lebih dari temperatur luar. Potensi terbesar adalah dengan memaksimalkan shading.
  • Memperbesar volume ventilasi untuk menghilangkan panas dalam ruangan
  • Menjaga Meant Radiant Temperature serendah mungkin dengan reflective roof, separate ceiling, ventilated attic, low emmisive, roof material, reflective foil above ceiling, insulated ceiling.
  • Bangunan diusahakan mempunyai bahan lightweight untuk mempercepat pendinginan di malam hari.
  • Elevasi timur dan barat dihindari sebesar mungkin. Dinding bersifat reflektif dan mempunyai insulasi yang baik
  • Orientasi utara dan selatan diusahakan mempunyai bukaan besar untuk ventilasi. Ruangan di dalam bangunan diusahakan agar mendorong terjadinya cross-ventilation (ventilasi silang)
  • Bukaan dibuat untuk proteksi terhadap matahari, hujan dan serangga
  • Terdapat ruang-ruang yang dapat mengoptimalkan masuknya udara segar. Orientasi bangunan sebaiknya mempertimbangkan adanya aliran udara dingin yang masuk ke dalam bangunan
  • Konflik antar orientasi yang mempertimbangkan radiasi matahari dan aliran udara sebaiknya diselesaikan dengan melakukan kontrol terhadap radiasi matahari, dengan membuat rancangan yang memodifikasi antara aspek abngunan dan lansekap untuk mengarahkan aliran udara segar.
  • Untuk bangunan tunggal sebaiknya lebih banyak mempertimbangkan aliran udara segar.
berikut tadi Penerapan Arsitektur Tropis pada Bangunan di Iklim Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar